CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MOLEK PART5

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MOLEK PART5

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MOLEK PART5, Hasrat-Bispak49 Ke-2  payudaraku pastinya telah mulai dilihat oleh Wawan serta Suwito yang saat ini jadi menelan ludah. Saya selalu turunkan handuk ini hingga ujung atas bibir vaginaku yang telah berkali kali berisi penis mereka itu terekspos didepan mereka.

Wawan serta Suwito selalu melotot menyaksikani badanku, sampai mata mereka seperti mau keluar tempatnya. Saya kian bergairah memikat mereka, serta pada kondisi telanjang bundar sebagai berikut, perlahan-lahan saya memutar badanku, lalu saya mengambil langkah menjurus almari bajuku dengan kaki tersilang seperti orang mode yang tengah berjalan pada atas catwalk.

Saya ambil bra dan celana dalamku dari almari bajuku, berniat kupilih bra yang mempunyai ukuran amat kecil antara semuanya punyaku. Lantas saya kembali merapat ke jendela, serta saya ambil langkah ke situ dengan type seperti barusan sekalian mengerling nakal dari mereka.

Seterusnya saya menyengaja berlambat pelan kenakan bra ini, perlahan-lahan tutup ke-2  payudaraku.

"Non… mari non… membuka dong…", saya dengar nada Wawan dan Suwito di luar yang meminta meminta dengan muka cabul mereka itu.

Tidak tahu apa yang mereka mohon buat dibuka, bra yang udah kukenakan ini, atau daun jendela kamarku ini, atau pintu kamarku, yang jelas saya mustahil ingin meluluskan permintaan mereka.

Dan dalam hati saya marah-marah, disini saya dapat dengar kata-kata mereka yang tidak terlampau keras itu secara terang, tetapi barusan itu mereka bergaya gak mendengarku. Jadi saya menetapkan untuk membuat mereka kian haus serta lapar akan badanku, toh saya aman aman saja dalam sini.

Saya kembali mengerling dengan nakal menjurus mereka berdua. Saya terus kenakan celana dalamku, serta seperti barusan, saya berlambat pelan tingkatkan celana dalamku melalui ke-2  pahaku, hingga akhirnya celana dalamku ini tutup selangkanganku dengan prima.

Lalu saya dekati mereka, seolah saya ingin mempertunjukkan badanku dengan terang dari mereka semua.  Selanjutnya saya mengusung ke-2  tanganku, pejamkan mataku dan memutar badanku bagai tengah menari.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MOLEK PART5

Lalu saya melebarkan tanganku, menggenggam korden jendela kamarku dan tutup beberapa badanku dengan tirai itu, sembari mengerling nakal mengarah mereka bertiga.

"Udah, saya ingin tidur!", saya berbicara dengan nada keras, lalu saya tutup korden jendela kamarku ini.

Saya ketawa geli mengandaikan entahlah sekesal apa Wawan dan Suwito saat ini padaku. Kudengar dobrakan dobrakan kecil di jendela kamarku, namun saya tentu gak pengen menyikapi semuanya itu.

Perlahan-lahan saya menghela napas panjang, lalu saya ke meja dandanku buat keringkan rambutku dengan hair dryer. Saat lagi saya keringkan rambutku, kudengar handel pintuku tersentak sentak seringkali, ternyata mereka telah terbakar gairah dan memaksakan masuk ke sini buat mendapatku, mencabuliku serta melumat habis badanku.

Jantungku berdegap cepat, serta saya jadi sedikit tegang juga.  Namun saya coba tenang. Saya tahu saya dapat aman dalam kamarku, mereka tidak bakal berani lakukan perbuatan lebih jauh seperti merusak pintu kamarku ini. Selesai rambut ini kusisir rapi sampai berasa lembut serta nyaman, saya memastikan untuk selekasnya tidur siang.

Saya gak pengin tidur kelamaan, karenanya saya menyetel weker supaya berdering pada pukul lima sore kelak. Lantas cuman memakai bra serta celana dalam sebagai berikut, saya meyusup masuk ke bed cover ranjangku.

Cukup susah saya usaha untuk selekasnya tertidur. Andy selalu ada di hadapanku tiap-tiap saya pejamkan mataku. Bila saya buka mataku, saya jadi ingin malam selekasnya datang serta mengayalkan begitu senangnya saya saat Andy menghubungiku.

Saya tersenyum senyuman sendiri, dan tidak tahu berapakah lama lantas baru saya pada akhirnya dapat tertidur.

VI. Sakit hati Tiga Pejantan
Masih jam 1/2 empat sore saat saya udah terjaga dari tidur siangku. Namun rasa letih dan pegal yang menganiaya badanku waktu tiga ini hari udah menyusut banyak. Dan saya udah tersenyum senyuman kembali sebab bayang-bayang Andy udah kembali isi hatiku.

"Non… non…", kudengar nada Sulikah yang mengetok pintu kamarku.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

"Iya, mengapa mbak?", tanyaku khawatir.

"Ada tukang surat yang memohon tanda-tangan non Eliza", kata Sulikah.

"Oh ya mbak, tidak lama", jawabku dengan malas.

Saya keluar bedcover ranjangku, serta udara dingin AC kamarku langsung melanda badanku yang cuma berbalut bra serta celana dalam saja. Saya menggigil sementara dan langsung lari ke dalam lemari bajuku, lalu saya lekas kenakan pakaian rumah ala-ala takarannya.

"Aduh… genting deh…", saya meratap dengan khawatir.

Saya melihat dari balik korden jendela kamarku, Kedengarannya Wawan serta Suwito telah tidak di muka jendela kamarku. Entahlah berada pada mana mereka saat ini, tidak boleh jangan mereka tengah nungguin saya di muka pintu kamarku.

Karenanya dengan takut takut saya melihat dari kaca pengintip pintu kamarku, serta saya cuma dapat memandang Sulikah yang tungguku.

"Mbak, mesti saya ya yang tanda-tangan?", saya ajukan pertanyaan dengan keinginan jawabnya tidak.

"Kata tukang suratnya sich mesti non Eliza", jawab Sulikah.

Saya sedikit lemas dengar jawaban Sulikah ini. Saya mau membebaskan tukang surat itu pergi, namun saya tidak pengin kedepan saya jadi bertambah sibuk kalaupun nyatanya yang bisa dikatakan tukang surat itu suatu hal yang perlu. Mau tak mau saya meniti dampak ini. Perlahan-lahan saya buka pintu kamarku, serta dengan ingin harap resah saya melihat apa mereka ada pada lebih kurang sini.

"Mbak, mereka ada pada mana?", tanyaku dengan berbisik bisik.

"Barusan sich berada pada kamar mereka, mbak", jawab Sulikah sembari tersenyum senyuman.

Dasar, ini orang lihat anak majikannya takut bakal digagahi, bukanlah kasihan, malahan senyuman senyuman sebagai berikut. Saya sedikit geram di Sulikah, tetapi saya tidak berucap apa apa serta lekas turun ketujuan pintu gerbang.

"Ya pak?", tanyaku di saat saya udah ada dalam hadapan loper itu.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Kunjungi Juga : Pencuri Jackpot & Pemburu Hadiah

"Ini ada kiriman buat mbak, tolong tanda-tangan di sini ya", kata pengantar itu sembari memberi suatu amplop padaku, yang rupanya didalamnya Diskon Card dari restaurant idola Jenny, berikut dengan suatu pertanda terima dan pulpen padaku.

"Oh ya, thanks pak", saya berbicara puas dan menanda handel pertanda terima itu, lalu saya masuk ke dengan ria.

Bermakna esok atau Senin saya dapat memamerkan pada Jenny serta Sherly, saya lebih dulu yang memperoleh Diskon Card ini. Dan saya akan membayari mereka berdua di situ untuk bikin mereka bertambah jengkel padaku :p

Tetapi jantungku hampir stop sewaktu di garasi saya lihat Suwito yang memburuku dengan gantengg seperti orang kelaparan. Saya menjerit ketakutan mengelit cekalan Suwito, dan saya lari ke dengan was-was, mengharapkan saya sempat masuk ke kamarku serta menggembok pintu.

"Tidak mesti lari non, sia-sia saja", sentil Suwito sekalian ketawa, serta dia mulai menyebutrku, membuatku kian ketakutan dan saya lagi lari menuju tangga.

"Aaah… jangaan…", saya menjerit seram saat tau-tau Wawan tampil dari balik tangga, dan saya mengelak sebisaku di saat Wawan pula ingin tangkapku.

Saya gak dapat ke tangga,  gak dapat lari ke luar. Saya lari ke area tamu, namun perlahan-lahan mereka jadi membuatku terdesak di sofa area tamu. Saya jadi ngotot serta melompati meja di area tamu ini, lalu saya punya maksud larikan diri ke area keluarga.

Namun mereka bisa semakin cepat menghambatku, dan lagi menyekapku sampai saya kembali tertekan, terkepung di grandfather clock yang terpampang di area tamu ini.

"Telah non, saat ini non Eliza berserah saja…", kata Wawan yang kian merapat dan siap-siap membekukku.

"Waktunya non berserah serta main main sama kami", Suwito menambah sembari tersenyum asusila.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MOLEK PART5

Jantungku berdegap lebih kuat. Saya tahu saya tidak boleh hingga sampai ketangkap mereka. Karena mereka berdua yang jelas selanjutnya bakal tambah lagi dengan pak Bijaksanain, pasti menyetubuhiku hingga sampai mereka suka menyelesaikan marah birahi mereka padaku.

"Ko… kok telah pulang?", kataku sekalian arahkan penglihatanku ke pintu penting area keluarga yang dilihat disini.

Wawan serta Suwito langsung menengok ke pintu, pastinya mereka terperanjat 1/2 mati dengar kata kataku barusan.

Kesempatan kali ini langsung kugunakan buat larikan diri ke arah area keluarga, serta saya dapat lolos dari kepungan mereka berdua.

"Wah non Eliza nakal!", gerutu Suwito yang setelah itu langsung melafalkanrku.

"Gak boleh lari non!", hebat Wawan yang turut mengartikulasikanrku.

Saya mati matian lari selekas-lekasnya ke arah tangga, dan keliatannya saya benar-benar bisa semakin cepat pada mereka. Saya selalu ke arah ke kamarku, serta saya sukses menutup pintu kamarku cocok sebelumnya handel pintu kamarku ini tersentak sentak.

Jantungku terasanya akan lepas. Pastinya Wawan serta Suwito tengah usaha buka pintu kamarku. Tetapi saya pula sadar bila saya udah aman di kamarku ini.

‘YES!!', saya berteriak dalam hati dengan suka.

Lega sekali rasanya saya dapat terlepas dari 2 maniak itu. Bukan saya gak pengin layani mereka, saya cuman pengin simpan tenagaku ini hari, paling tidaklah sampai saya tuntas telpon dengan Andy malam nanti.

Saya sedikit berkeringat gara-gara baru-baru ini lari dengan semaksimal mungkin seperti barusan. Napasku  sedikit gak teratur dan badanku sedikit gemetaran, tetapi sekarang semua aman. Serta saya memikir jika rendam di air hangat barangkali dapat turunkan kemelutku.

Jadi saya ambil satu set pakaian tukar komplet dengan bra dan celana dalam dari almari bajuku, dan saya ambil langkah ke kamar mandiku. Gak lupa saya membawaserta handuk yang bergantung di muka wastafel, dan saya siap-siap nikmati nyamannya bathtub kamar mandiku.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

"Haaaaah…", saya menjerit ketakutan waktu saya lihat pak Bijaksanain yang ada dalam kamar mandiku, tidak tahu mulai sejak kapan dia ada di sini.

Lembar untuk lembar kemeja yang kubawa bertumbangan ke lantai kamarku saat lagi saya mundur mundur sembari menggelengkan kepalaku berkali kali, sementara pak Bijaksanain mulai dekatiku.

"Pak… tidak boleh pak…", saya merengek-rengek dengan suara memelas, tetapi kondisi ini sama, pak Bijakin lagi dekatiku.

Saya kian kuatir, tidak tahu mesti lari ke mana. Tetapi saya masih miliki keinginan. Asal saya dapat mempermainkan pak Bijaksanain sampai saya dapat lari ke kamar mandi di kamarku ini dan menggembok pintunya, barangkali saya bisa selamat, sekurang-kurangnya untuk beberapa waktu.

"Pak… ya telah Eliza pengin sama pak Bijakin saja, tetapi gak boleh panggil yang lain ya", saya berniat merengek-rengek dengan manja dan sekarang saya malahan merapat ke pak Berbudiin.

Saya bakal menarik kaus yang kukenakan ini, namun saya menyudahi niatku saat pak Berbudiin yang tetap berdiri di muka pintu kamar mandiku ini malahan buka korden kamarku yang betul-betul ada di dekatnya.

Saya udah patah semangat, impianku redup benar-benar saat saya lihat kunci jendela kamarku dibuka oleh pak Bijakin, sebab itu mempunyai arti jalan masuk ke kamarku terbuka buat Wawan serta Suwito.

Saya tidak mungkin punya cukup waktu buat larikan diri melalui pintu kamarku yang terkunci ini, sebab saat lagi saya memutar kunci pintu kamarku, pak Bijakin sudah tentu mencekalku.

"Saya sich suka senang saja non jika dapat ngeseks sama non sendirian, hanya saya gak sedap sama Wawan serta Suwito. Saya dapat turut nikmati non Eliza kan atas mereka ", kata pak Bijaksanain yang saat ini kembali merapat ke arahku.

Saya sangat jengkel dengar kalimat pak Berbudiin, yang benar-benar betul itu. Jika dahulu Wawan dan Suwito tak mengawali kekurang tuntunan mereka padaku, belumlah tentu pak Bijaksanain dapat turut nikmati badanku sama mereka.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MOLEK PART5

Lebih kembali, belumlah tentu saya harus jadi budak sex mereka bertiga di rumahku sendiri mulai sejak tahun akhir 2004 tempo hari.

Namun tiada waktu untukku untuk mengenang waktu waktu lalu.  Saya sadar kini pak Bijakin udah dekat sekali, serta saya sempat berkilah ke belakang buat menghindari sewaktu pak Berbudiin coba tangkap badanku.

"Pak…", saya kembali mundur mundur ketakutan, sekarang saya nyata-nyata berasa akan dicabuli.

"Fiiin, kowe onok ndek njero toh? Marilah bukaen pintu kamare dol!", saya dengar Wawan berseru dari depan pintu kamarku.

"Yo, untung toh maeng saya ngenteni nang njero kamar mandine non Eliza? Lek tidak, saiki kene lak ngaplo maneh? Namun saiki kowe mlebu teko jendelo ae Wan, kuncine wes tidak buko. Wedine non Eliza mlebu lan mengumpet nang njero kamar mandine lek saya mbukano pintu gawe kowe. To, kowe ngenteni nang ngarep pintu ae, ben Wawan seng mbuka pintune gawe kowe", kata pak Bijakin dengan bahasa Suroboyoan dari mereka, serta pak Berbudiin selalu dekatiku.

Yang gak ketahui pembicaraan mereka yang memanfaatkan bahasa Suroboyoan itu, barusan Wawan menanyakan apa pak Bijakin ada pada dalam kamarku, serta memerintah pak Berbudiin buka pintu kamarku untuk mereka.

Pak Bijaksanain menyepakati jika dia berada pada dalam sini, sekalian menyenangkan diri lantaran dia barusan menanti dalam kamar mandiku. Jika tidak, saat ini semua jelas kembali tidak bekerja. Namun pak Bijakin memerintah Wawan masuk ke kamarku lewat jendela kamarku yang kuncinya udah dibuka olehnya, lantaran pak Berbudiin risau saya akan masuk dan sembunyi dalam kamar mandiku pada saat dia buka pintu kamarku buat Wawan.

Disamping itu pak Berbudiin pun mengharap Suwito untuk menanti di muka pintu kamarku, sampai Wawan buka pintu kamarku untuk dia. Dengan demikian saya mustahil dapat larikan diri melalui mana pun, sebab semuanya jalan keluar kamarku udah terbangun oleh mereka.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Sungguh-sungguh edan, pak Bijaksanain hingga udah membikin kiat sesuai ini untuk tangkapku, serta benar-benar mereka sukses membuatku terkepung dalam kamarku sendiri. Entahlah bagaimana dia dapat memikir masalah ini, yang terang kini saya telah tidak dapat lakukan perbuatan apa manalagi, serta saya tinggal tunggu waktu saat sebelum badanku ini jatuh ke tangan mereka.

"Aduh… tidak boleh paak…", saya menjerit waktu ke-2  tanganku udah ketangkap pak Bijakin yang tau-tau menangkapku, serta saya betul-betul gak sempat menghindari lantaran semangatku udah redup.

Saya mulai coba meronta, tetapi seluruhnya buang waktu saja. Apalah makna tenagaku, seseorang gadis yang imut jika diperbandingkan dengan pak Bijakin yang miliki tubuh tegap dan kekar itu?

Tidak berapa lama kemudian Wawan masuk dari jendela kamarku, lalu dia menutupnya. Korden itu  ditutup olehnya.

"Pandai kowe Fin", kata Wawan yang kelihatan begitu suka dengan sukses taktik pak Bijakin.

Lalu Wawan melangkah menuju pintu kamarku, sembari menatapku dengan senyuman penuh kemenangan, serta dia buka pintu kamarku untuk Suwito. Mereka berdua sama sama tos dengan bergairah, membuatku makin lemas memandang ini semua. 

VI. Pembantaian Itu Diawali
Lengkaplah sudah ke-3  pejantan yang akan lekas melumat badanku untuk menumpahkan sakit hati mereka padaku. Entahlah mereka dapat menggasakku seperti apakah, saya tidak berani mengandaikan nasibku bakal seburuk apa ini hari.

Saya meronta ronta saat lagi Wawan serta Suwito dekatiku sembari menyeringai. Kendati sesungguhnya mereka kerapkali nikmati badanku, tetap waktu ini saya merinding seram lihat tatapan mereka yang seperti mau menelanku bundar bulat.

Saya lagi coba membebaskan ke-2  tanganku dari cengkaman tangan pak Bijaksanain.

"Jangan… tidak boleh sekarang… esok saja… gak boleh hari ini… saya mmpph…", permintaanku yang sia sia ini terputus oleh Suwito yang dengan buas udah melumat bibirku.

Saat lagi saya mengesah rintih hingga kemudian megap megap sebab kekurangan napas, kurasakan celana pendek berikut celana dalamku telah dilorotkan.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MOLEK PART5

Saya tidak memandang siapakah yang melakukan, namun dengan pak Berbudiin yang mencengkam ke-2  tanganku dan Suwito yang masih memagut bibirku, saya tahu aktornya jelas Wawan.

Ke-2  kakiku sedikit direntangkan, serta selanjutnya Wawan memagut bibir vaginaku dengan penuh gairah.

Saya mulai melemas, serta sewaktu pak Berbudiin melepas cekamannya pada tangan kananku, saya telah terlampau rusuh untuk gunakan tangan kananku tidak tahu buat menggerakkan Suwito masih yang repot melumat bibirku, maupun Wawan yang selalu memagut bibir vaginaku. Bahkan tenaga pada tangan kananku ini rasanya musnah entahlah ke mana.

"Mmhh… sudaah… lepaskan…", saya meminta dan merengek-rengek waktu Suwito membebaskan pagutannya di bibirku.

"Lepasin? Non Eliza tak boleh mimpi dech!", kata Suwito dengan napas mengincar, serta dia bersama pak Berbudiin menarik kaus yang kukenakan ini ke atas sampai lepas dari badanku.

Saat ini saya tinggal memakai bra yang memiliki warna putih ini, dan saya tahu selekasnya pembantaian pada diriku akan selekasnya mulai.

Pak Berbudiin serta Suwito yang berdiri di sisi kiri serta kananku ini, melingkarkan ke-2  tanganku di leher mereka.

BERSAMBUNG...

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama